4. Kerajaan Batak, Pea Langge

Sejak zaman dahulu kala, Raja Malim selaku pimpinan agama Malim, selalu dipilih melalui rapat kenabian, bukan seperti kerajaan yang menjadi warisan turun-temurun. Dimasa tuanya Mutiaraja, dipilihlah penggantinya untuk memimpin agama dan pemerintahan, (Jabatan rangkap), maka terpilihlah Raja Malim / Raja Uti II.

Kerajaan Pea Langge


Pada masa jabatan Raja Malim / Uti II, bersepakatlah para nabi untuk mendirikan kembali Negeri Batak di sebelah Utara Barus, yang mereka namakan Negeri Pea Langge; penduduk setempat menyebut Raja Uti dengan sebutan Raja Uteh. Demikianlah zaman berganti zaman, raja-raja pun silih berganti; Raja Malim/Raja Uti II digantikan oleh Raja Malim/Raja Uti III; Raja Malim/Raja Uti III digantikan oleh Raja Malim/Raja Uti IV.

Pada masa jabatan Raja Malim/Raja Uti IV, datanglah raja negeri Fansur dari Barus menyerbu negeri Batak  Pea Langge, terjadilah pertempuran, saling bunuh-membunuh. Setelah Ompu Bada (Ompu Bada = Panglima Perang) yang memimpin pasukan Pea Langge mati terbunuh, maka, takluklah negeri itu.

Raja Malim/Raja Uti IV bersama para pengikut setianya, menyingkir ke suatu pulau di lautan India, di sebelah barat Pea Langge; sesuai dengan bentuk pulaunya, dinamakan pulau itu, Pulo Munsung Babi. (Sekarang ini di dalam peta dinamakan, Pulau Babi, masuk kecamatan Pulau Banyak)

Sejak itu Raja Malim/Raja Uti IV dengan para penggantinya Raja Malim/Raja Uti V, VI dan Raja Malim/Raja Uti VII, disebut oranglah dengan sebutan Raja dari Pulau Muncung Babi, akan tetapi, di kemudian hari, demi gampangnya diucapkan, disebut/disingkat oranglah dengan sebutan Raja Muncung Babi.

Pulau Babi

*Nama oknum Raja Uti II dan para penggantinya, belum dapat diketahui.

*Cerita rakyat di Toba tentang Raja Uti, disarikan tersendiri dalam Bab V. Sipahusorhusoron ni roha.

Subscribe to receive free email updates:

Sponsor

loading...