Sebelum kita cerita tentang kemunculan kerajaan Batak di Bakkara, baiklah terlebih dahulu disampaikan, bahwa berdasarkan informasi data yang dapat di kumpulkan, Raja Manghuntal lahir pada tahun 1520, dan di nobatkan menjadi Raja Sisingamangaraja I pada tahun 1550, oleh Raja Uti VII di Pulau Munsung Babi.
* Dalam sejarah umum, tercatat bahwa Portugis telah menaklukkan negeri Malaka pada tahun 1551, berarti Raja Manghuntal (Sisingamangaraja I), belum lahir pada waktu itu.
Berdasarkan silsilah yang sudah baku di kalangan orang Batak Toba, Raja Manghuntal adalah generasi ke tujuh dari si Raja Batak; Jadi kalu dihitung-hitung satu generasi adalah 25 (dua puluh lima) tahun, dalam arti sudah pantas punya anak, maka si Raja Batak tentulah sudah lahir, 175 tahun lebih dahulu dari Raja Manghuntal, yaitu sekitar tahun 1345; dan kalau benar si Raja Batak itu berumur sembilan belas tahun pada waktu berangkat menyingkir dari Barus, maka si Raja Batak, mestinya sudah tiba di Toba, sekitar tahun 1364.
Sebagaimana telah disampaikan di atas (di bagian 4), bahwa setelah kerajaan Batak Pea Langge jatuh ketangan musuhnya, Raja Malim/Raja Uti IV bersama para pengikut setianya, menyingkir ke Pulau Munsung Babi dan bermukim di sana. Berita tentang raja-raja Batak yang bermukim di Pulau Munsung Babi (Pulau Babi) itu, terbenam sampai begitu lamanya, akan tetapi, exsistensi keberadaannya masih terbersit di Toba.
Perjanjian Sorimangaraja Batak II dengan Raja Malim Mutiaraja yang ditandai dengan barang pusaka Tabu tabu Sitarapullang, ia sian i dalanna ro, ingkon tusi do dalanna sumuang, agaknya beredar juga secara rahasia dari mulut ke mulut dan dari generasi ke generasi, di antara orang-orang tertentu dari kalangan keluarga si Raja Batak di Toba. Sangkarsomalindang, anak sulung raja Isambaon, pergia ke Barus dan bermukim disana sebagai mata-mata (Inteligen), melihat/menunggu kemungkinan pengembalian kekuasaan atas kerajaan Batak, akan tetapi, pada masa itu, situasinya belum memungkinkan; Sariburaja pun, pergi juga ke Barus dengan maksud yang sama, akan tetapi, situasinya serupa juga, belum memungkinkan.
Lama sesudah itu, setelah beberapa generasi kemudian, sampailah berita kepada Raja Manghuntal di Bakkara, bahwa Raja Malim/Raja Uti VII, ada bermukim di Pulau Munsung Babi, maka disuatu waktu, berangkatlah raja Manghuntal kesana untuk membicarakan perjanjian yang di buat oleh leluhurnya Sorimangaraja Batak II. Sehubungan dengan niatan itu, Raja Malim/Raja Uti VII, terlebih dahulu meneliti kemampuan Raja Manghuntal (Semacam test uji coba termasuk kesaktian). Setelah di yakininya, bahwa raja Manghuntal memang mampu untuk maksud itu, maka sepakatlah Raja Malim/Raja Uti VII, mengembalikan kekuasaan atas kerajaan Batak kepada Raja Manghuntal (ahli waris), sesuai dengan perjanjian Tabu tabu Sitarapullang, ia sian i dalanna ro, ingkon tusi do dalanna sumuang.
Di dalam acara penobatannya, pihak Raja Uti disimbolkan, mulai dari Raja Uti I s/d Raja Uti VII, menyerahkan kembali kekuasaan atas kerajaan Batak sesuai perjanjian, dan sebagai tanda pengembalian, secara simbolik, di serahkanlah 7 (tujuh) macam barang pusaka, yaitu;
- Piso Solam Debata, tanda sitiop harajaon (keris, tanda pemegang kekuasaan).
- Hujur siringis, siungkap mata mual (Tombak, pembuka mata air).
- Tumtuman sutora malam, Tali tali harajaon (Mahkota)
- Ulos Sandehuliman, siambat api (Kain/Ulos pemadam api permusuhan, bahwa tidak akan ada permusuhan antara Raja/Kepala pemerintahan dengan Raja Malim pimpinan agama).
- Lagi silintong pinartaraoang omas, lapik panortoran ni Raja (Tikar permadani, alas tempat Raja menari).
- Tabu tabu sitarapullang, ia sian i dalanna r, ingkon tusi do dalanna sumuang (perjanjian).
- Gajah sibontar, pangurupi di nadokdok (Gajah putih simbol tanggung jawab).
Pada acara pelantikkanya, disebutlah raja Manghuntal dengan gelaran Sisingamangaraja I (pemula Dinasti Sisingamangaraja); dan setelah pengembalian itu, berakhirlah masa pemerintahan dinasti Raja Uti; maka, dengan demikian, terwujudlah apa yang dicita-citakan/direncanakan oleh si Raja Batak bersama Mutiaraja pamannya itu pada waktu kunjungan dua harinya di Toba; Kerajaan Batak berdiri kembali di bawah pemerintahan dinasti Sisingamangaraja, berkedudukan di Bakkara.
|
gambar peta |
|
Huta Bakkara |
|
Huta Muara |
|
Parapat-1 |
|
Parapat-2 |
|
Parapat-3 |
|
Balige |
|
Rura Silindung |
|
Huta Parsambilan Kecamatan Silaen |
|
Bendera Kerajaan Batak |
|
Silsilah si Raja Batak |
|
Silsilah Raja Sisingamangaraja |